Postingan

HOROR KETAMAKAN GLOBAL

Oleh Muhammad Sholihin David Harvey (April/2009) pernah ditanya, “apakah sektor properti akan menjadi sektor kedua terbesar dalam ekonomi, menggantikan sektor manufaktur?” David Harvey terdiam, sebelum menjawab pertanyaan ini. Dirinya bimbang. Ia melihat satu sisi, dukungan sektor finansial terhadap sektor bisnis properti cukup pontensial dan mampu menciptakan lapangan kerja. Tetapi di sisi lain, bank tak akan mampu mengendus genetik ketamakan yang tersembunyi dalam “permainan” bisnis properti ini. Dan AS telah merasakan sakitnya. Setiap orang, siapapun dia, ketika masuk ke sektor bisnis, dirinya berpotensi menjadi “penyihir baru” yang berburu atmosfer keuntungan. Penyihir-penyihir atmosfer keuntungan ini tanpa hati, rela mengorbankan perbankan hanya untuk mendapatkan dana segar. Kofi Annan (29/04/09) pernah berkomentar, “bank akan sulit mendapatkan kembali dana mereka yang telah cair dan jatuh ke tangan-tangan penyihir-penyihir ini”. Di Inggr...

Muhammad Sholihin, Dari Kegelisahan Terbitlah “Api Paderi”

Gambar
Annida-Online —Mungkin sebagian Sobat Nida sudah tidak asing dengan penulis yang bernama lengkap Muhammad Sholihin. Hingga kini, ia telah berhasil menerbitkan 12 buku, di antaranya Indahnya Syukur, La Tahzan to Women, Indonesia Setengah Tiang, Sebilah Sayap Bidadari (ditulis bersama Dewi Dee Lestari), dan delapan karya lainnya. Di akhir September 2010, ia kembali menerbitkan buku yang berbeda dengan karya-karya sebelumnya; sebuah novel perdana berjudul Api Paderi yang ia tulis selama kurang lebih tiga bulan. Dari judulnya, Sobat Nida pasti sudah dapat menebak kalau novel ini berkisah tentang Perang Paderi. Namun, jangan salah, walaupun mengambil setting waktu dan tempat saat peperangan Paderi, semua tokoh dalam novel ini pure hasil imajinasinya alias fiktif, sebagai upaya mereplika ulang setting sosial-keagamaan pada masa perang tersebut. "Ide penulisan buku ini awalnya dari kegelisahan dan pertanyaan saya akan kondisi umat Islam yang menyeret kita pada konflik, kekerasan hi...

Kawi

KAWI  a flash fiction Publishing at : http://flashfiction.ubudwritersfestival. com/2010/08/kawi/   "Sudah abak bilang, jangan kau langgar aturan adat, kawin satu suku. Tapi kau bingal, malah kau lebih takut pada cintamu itu ketimbang adat. Kini lumpuh tubuhmu dimakan kawi." "Bukan aku hendak bingal, menentang hukum adat, bak . Tapi dalam agamaku, agamamu juga, tidak ada larangan kawin satu suku. Apalagi Kayla ridha memberikan cintanya padaku." Sirun serius merespon cercah abaknya di senja yang rampun.  "Tapi, kini kau merasakan akibatnya bukan! Anakmu cacat, kepalanya berlobang, tak satu dokterpun tahu penyakitnya. Jika bukan karena kawi, lantas apa, hah ?" Sirun diam, melempar hela dalam jingga. Dalam benaknya bersigesak galau yang berwujud kemusykilan, antara percaya atau tidak bahwa hukum kawi itu ada. Meski dirinya adalah anak modernitas, tumbuh di kota, besar dari ceramah dan buku-buku, tapi ketika ia bert...

Pagar

1/ Hidup bagimu ada pada carik-carik kertas, bernominal. Kau tuba hidup hingga mati, tak bermakna. Kakimu menjadi tapak-tapak ganas, memipih jentik-jentik menjadi kutu. Benakmu cair, menjadi tuak racun. Donggak kepalamu, menjadi peluruh langit. Tuhan kau hardik apalagi jentik dan kutu-kutu. Pagi hari dengkurmu mengusir malaikat. "Jangan datang lagi duhai malaikat! Tak perlu lagi kau bawakan semangkuk teh dan roti. Kertas-kertas ini cukup bisa membuatku gemuk. Jangankan itu, surgapun bisa ku beli jika Tuhan butuh logam ataupun emas." Ini mantra yang kau rapalkan setiap detak jantungmu. Di mataku, kau itu hanya babi gemuk, berlemak. Dan kau orang tua pikun, yang lupa akan asalmu. 2/ Sehabis subuh, sejak mentari beranak cahaya, telah kau pagari diri dengan carik-carik kertas, bernominal. Setelah itu, kau menjadi pembunuh dingin. Tak ada batang tubuh, yang bisa mengintip nyawa eksistensialitas di jendalamu. Pasti 'kan kepal tinju, hingga kepala mereka r...

Buku Terbaru

Gambar
1. Informasi Buku. Judul : Indahnya Sabar: Melejitkan Spirit Sabar, Agar Hidup Lebih Tenang. Penulis : Muhammad Sholihin Penerbit : Cemerlang Publishing Yogyakarta ISBN : 978-979-189999-2-9 Cet : Cet 1, Maret, 2010 Harga : Rp.24.800,- 2. Sipnosis Buku. Jika bukan kesabaran, pada keindahan apalagi kita bakal berharap, terutama ketika hidup begitu keras, penuh prahara-- hidup yang begitu mudah tersulut amarah, dendam penuh caci maki.Wujud hidup ini adalah potret suram pelbagai pembunuhan, perang, pembunuhan karakter hingga dapat dikatakan sebagai buah dari panasnya hati manusia. Pada kondisi ini sesungguhnya hidup butuh energi yang lebih tinggi, energi yang bertiup dari keluhuran budi. Ia menjadi kekuatan tatkala manusia direndam oleh kegelisahan, kegalauan, dan kesumat. Bukalah gapura hati, biarkan kesabaran berladang dalam hati itu. Sederhana, agar hidup tidak diredung terus menerus oleh kesumat dan dendam yang kian membesar. ...

Info Buku Teranyar

Gambar
Buku baru saja terbit. Sudah beredar di toko buku kesayangan anda. Judul         : Indahnya Syukur: Ketika Rasa Syukur Memberdayakan Hidup Penulis      : Muhammad Sholihin Penerbit    : Cemerlang Publishing Yogyakarta ISBN        : 978-979-18999-2-9 Cet            : 1, Maret 2010 Harga      : Rp. 23.000,- Sipnosis Buku Q.S. Al-Ahqaaf: 15, menorehkan sebuah makna bahwa, "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." Dari titik ini, rasa syukur adalah sebuah keniscayaan y...

[BUKU BARU]

Gambar
Judul : Sebilah Sayab Bidadari:Memorilibia 7,9 SR. Kumpulan Cerpen dan Puisi mengenang Gempa 7,9 SR Sumatra Barat. Penerbit : Pustaka Fahima Penulis: Dwi Januanto Nugroho, Nursalam AR, Fira Basuki, Abdullah Khusairi, Dyra Hadi, Nuril Annissa, Igoy el Fitra, Dea Anugrah, Benny Arnas, Asep Sambodja, Irawan Aji, Zelfeni Wimra, Timra Madana Pitri, Mariska Anggraini, Endik Koeswoyo, Yandigsa, Muhammad Sholihin, Raudhatul Usnami, Karina Anggara, Irawan Senda, Sulfiza Ariska, Akhyar Fuadi, Zandika Alexander, Silfia Hanani, Feryanto Heady, Darwis Ramadhan, Galuh Parantri, Arif Puji G. Luckty Giyan Sukarno, Bejo Halumajaro, Pamungkas WH, Gayatri Parikesit, Monica Petra Karunia, Sulistyawati, Rahmad Ibrahim, Haerul Ibrahim, Haerul Said, Addiarahman, Salman Aristo, Dewi "dee" Lestari, Muhammad Nasir, Muhammad Zikri. ISBN : 978-979-1355-64-3 Harga : Rp. 40.000,- ( Sebuah Proyek Amal Untuk Korban Gempa ) PROLOG Meraut Larik-larik Kisah di Balik Gempa “Untuk apa lagi pro...

Pelacur Jingga

1/ Masih seperti jingga, kau membuyar siang, menerjang malam dengan tarian-tarian selangkangan. Mengali lorong dari tubuhmu yang cair oleh terik zaman, yang semangkin binal, lebih sundal dari setungkup nafasmu. Kau berdiri diantara celah dua palang kayu, menatap kelam ingin menujum rindu pada bebintang yang lerai dalam kerdap-kerdip kota yang tak lagi melahirkan Eros. Dan lewat celah jingga, senyummu masih saja merekah, meski nyalimu ciut menderap hidup yang pasti membuang indangmu di rawa-rawa kehidupan, busuk dengan aroma bangkai yang mati dalam liang lahar yang dicaharkan malam. Pada pengap hidup, kau berkata "Aku dipenjara, jingga yang kian menghitam." Katamu itu mampu mencaharkan lahar dari hati yang bergelora tapi tetap muntahkan dalam percik api, hingga kau mengelepar seperti diterjang maut. Katamu lagi, di pintu kematian pada setiap malam,"Hidup ini perih, seperti maut." Tapi entah mengapa kau masih disana, berdiri hingga subuh tengelam di sam...

Peziarah Makna

Peziarah Makna Bual-bual Muhd. Sholihin 1/ Di depan monitor, aku terhubung denganmu lewat "spot" frekuenzi, yang berhamburan membubung ke titik pantul satelit. Ingin 'ku menubuh dengan mu, lewat pertemuan ragawi. Tapi, di sini tak tersedia. Melainkan hanya tabung kaca, dan selarik cahaya kerdap-kerdip dari "bandwith", yang memisahkan aku dan eksistensmu. Kita begitu terganjal. Dalam persentuhan ini, makna dan hakikat begitu hambar. Lagi-lagi kita bukanlah kemenubuhan. Aku hanya bisa membaca rinai zaman di wajahmu, lewat kata, yang tak lagi esensial. Hanya regulasi tanda-tanda. Pun, larik-larik mega yang berlari seperti puzle-puzle huruf, pecah-pecah. Katamu, sama saja. Lalu kemanakah kita pergi, untuk sekadar menjadi peziarah makna. Ke hutankah? Juga, tidak. Atau ke makan, Para Syekh-kah? Juga, tidak ada kemenubuhan di pusara itu. 2/ Kata, penyair berambut gimbal. Ia berladang, kutu dan kotembe. Cukup pada bingkai hidup saja. Lalu lewat, hati dan erotik...

Nujum Waktu

1/ Ia bak pedang. Kata tuan, dulu, di tepi lingkaran halaqah, al- waqt ka sayf . Masih tergiang-ngiang kata-kata itu, hingga menjadi melodi tak jadi-jadi. Ia mengalir, tak jedah, ia tak berhenti. Kendati, di ujung bumi, sejuta doa masih saja menjadi lintuni juga tak jadi-jadi. Ia terus melaju, menujumkan "sebilah", lalu putus pada persinggahan. Apa yang tersisa, bagi setangkai tubuh, di pinggir waktu selain "nujum-nujum". Menjadi gerai, yang terus bergoyang karena diwan seiring seruling yang bertiup jingga di kepala. Ya, tengah bernujum, kala lerai waktu, sekadar berjabat. Lalu tak lagi berdamai. 2/ Dalam waktu, menjadi.Tubuh bertumbuh, seiring jubah benak kian mentangkup realitas. Dalam waktu, membubung udara tinggi, jika saja tak berdamai dengan puting beliung dari zaman di atas cakrawala, tanpa realitas. Dalam waktu, menanak racun, jika mulut berbusa meminum arak dari erotika zaman. Juga dalam waktu, ada, jika saja masih terus bernujum menyayat harapan menja...

Sajak-sajak Muhd. Sholihin

Suara Uang Tak lama lagi akan bubat di tanah Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa ini. Akankah kita berkuah uang lagi. Sudah hampir pecah telingga ini, mendengar gemerincing uang yang 'kau' hamburkan di gelangang pembunuhan tersembunyi,pada pemilihan di ujung senja. Tuan! Suara rakyat memang murah, tapi tidak hati mereka. Tuan! Tambur telah ditabuh. Ke sanakah kau akan menyusup? Membawa banyak buntil uang. Mungkin bagimu uang sakti. Karena ia bisa membeli nyawa, bahkan suara. Sungguh, tuan kau hanya bisa menguasai suaraku tapi tidak hatiku. Jika masih saja kau mengandalkan uang, maka kian ditampiklah dirimu oleh jelata, yang hampir melata oleh bau karet, yang diperam satu tahun. buat tuan yang berlaga untuk Dharmasraya ini suaraku, yang sengau. tapi cukup melegakan jelata, yang baru saja bangun untuk kembali menghitung batang karet, yang mulai tua Yogyakarta, 11 Februari 2010 Sukma Nietzsche Kita terlempar, menjadi pertapa sunyi di kali kehidupan. Kita terlempar, menjadi ...

Banalitas Pasar Bebas

Gambar
Oleh: Muhammad Sholihin REZIM pasar bebas di negara-negara APEC, akan bertambah mapan. Terkait dengan komitmen negara-negara APEC, kembali mengagas strategi trans-pasifik (TPP). Dengan komitmen ini kemudian Pasar bebas akan menjadi keniscayaan, yang diangap mutlak. Sementara itu, secara historis-politik APEC telah menampakkan diri pada publik sebagai pembela ekonomi pasar bebas. Tak ayal kemudian APEC menjadi garda utama menghubungkan ekonomi kawasan dengan bersandarkan pada diktum pasar bebas. Untuk tidak mengatakan kuda hitamnya neo-liberalisme. Mafhum, jika APEC memperjuangkan terciptanya iklim pasar bebas sebagai soko bagi ekonomi kawasan negara-negara APEC. Hal ini dipicu oleh asumsi bahwa dalam perdagangan internasional dibutuhkan iklim yang sehat guna menunjang siklus transaksi berjalan. Pasar bebas dalam bentuk ini seperti kereta kencana yang bakal menghantarkan dinasti ekonomi pada singgasana, tanpa hambatan. Sehingga lahirlah apa yang disebut “neo-rezim pasar bebas”. I...

Lantak Gempa dan Jentik MUI

Gambar
Oleh: Muhammad Sholihin GEMPA yang membuat kita lantak, telah menjadi genderang tambur untuk dunia. Semua orang tergagap, lalu bertindak. Sekadar menolong. Pertanda kita makhluk yang memiliki kelembutan untuk menolong. Jika gempa tak memandang siapa, dari mana, beragama apa. Barangkali Tuhan pun hendak menegaskan “menolong” tak memandang siapa, dari mana; pendosa atau pun maksum. Seperti Nabi saw. Orang kafir pun ia selamatkan dari murka. Walau wajahnya diludahi. Ia balas dengan senyum, dan dengan kata-kata yang lebih tenang. Juga di Pariaman. Israel. Walau mereka memiliki paras bengis. Merengut korban di Palestina. Tapi masih ada sisa kemanusiaan dalam hati mereka. Salahkah jika mereka ulurkan tangan. Sekadar membalut luka menganga saudara? Untuk korban gempa. “Lalu kenapa obat-obatan itu disita MUI.” Barangkali, alasan MUI ada pada “menyelamatkan akidah.” Jika menoleh pada akar kata “akidah”; adalah masdar, dengan “ta” marbuthoh. Menunjukkan “takrir”. Sesuatu yang berulang-ulang dan...

Buku Baru Ramadhan

Buku baru terbitan Pustaka Fahima. Segara Miliki Buku 30 Materi Pilihan Kultum Ramadhan ini! Judul : 30 Materi Pilihan Kultum Ramadhan Penulis : Muhammad Sholihin Penerbit: Pustaka Fahima Dari Penerbit: Banyak tawaran menarik yang disampaikan Rasulullah Saw bagi mereka yang melakukan dakwah ilallah. Di antaranya adalah didoakan oleh seluruh makhluk dan jagat semesta. Bahkan untuk amalan ini Allah sendiri memberikan predikat khairu ummah bagi siapa saja yang melakukannya. Tawaran-tawaran yang menarik ini tentu saja akan berlipat ganda nilainya jika Anda melakukannya di bulan Ramadhan. Oleh karena itu melakukan dakwah pada bulan Ramadhan menjadi sesuatu yang akan mengantarkan derajat seseorang pada tingkatan yang tak ternilai di sisi Allah. Salah satu amalan dakwah di bulan Ramadhan yang begitu akrab dengan masyarakat Indonesia adalah kultum Ramadhan. Namun kadang-kadang tidak mudah untuk menyajikan materi kultum yang menarik sekaligus menggugah. Perlu persiapan dari semua aspek. Sala...

Presiden Pilihan dan Beban Berat Minoritas Kritis

Oleh: Muhammad Sholihin Sapere aude! Beranilah menggunakan nalarmu sendiri!—itulah motto pencerahan. --Jurgen Habermas-- Pilpres telah berakhir di ujung plakat kemenangan SBY-Boediono. Slogan “lanjutkan!”, bergema menembus jagad nusantara. Seulas senyum; tepuk tangan bertalu-talu menyeruak dari ratusan pasang tangan-tangan pendukung SBY-Boediono. Kini Indonesia rebah dan tak mengeliat lagi, ada SBY-Boediono yang bakal menjadi pemimpin rumah tangga bangsa ini. Kemaren (07/07) seekor lalat menghampiri SBY, mengaung-ngaung seolah menghantarkan kabar kemenangan padanya, persis sama dengan lalat yang menghampiri Barrack Obama tempo hari. Tapi dengan makna yang berbeda. Barrack Obama menang bersama dengan prosesi transformasi politik AS; dari model politik “smear and fear” ala G.W. Bush menjadi “inclusive and transforming” politik. Indonesia di bawah SBY, dengan slogan “lanjutkan!”, lebih terasa sebagai sebuah kemenangan di bawah stagnant modeling. Tidak terjadi transformasi politik. Namun s...

NEGARA MINUS KEMASLAHATAN

Gambar
Oleh: Muhammad Sholihin Tugas penting pemerintahan adalah menciptakan kemaslahatan. Demikian sebuah kaidah fiqh menuntun dan mengarisi kewajiban negara terhadap rakyat yang dipimpinnya. Dalam konteks ini, sudahkah negara kita berjalan ke arah itu; sebuah jalan yang ditapaki untuk menciptakan kemaslahatan bagi ummat/rakyat? Satu bulan lalu, tepatnya hari Minggu, di pertengahan Maret; saya masih ingin menjelajahi Kota Padang, untuk sedikit mengamati rona kota yang kini tengah berubah; Saya memutuskan untuk sedikit berjalan kaki dari Hawai; sebuah kawasan pertokohan di Pasar Raya, Padang menuju ke Mesjid at-Taqwa. Perjalan ini membuat hidung Saya terasa kempas-kempos menghirup polusi yang ditimbulkan dari knalpot mobil, dan sepeda motor yang melintas di jalan pasar raya ini, karena memang penguna kendaraan bermotor di kota ini kian meningkat semenjak dekade terakhir, walaupun krisis keuangan global menimpa, masuk, menyergap untuk kemudian meruntuhkan sendi-sendi perekonomian...