Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2008

CORRUPTOR, PROSTITUTE, AND SHYNESS

By: Muhammad Sholihin Intellectual corruption will be borning some poor youngers, haven’t idealism, competition weakless. Such as, political corruption usually appearing barbarism youngers, and leaders; their often abandon law, and rule, (Abdullah Hehamahua, 04/07/08)— Seputar Indonesia Indonesian economic have collapsed by bad administration, such as corruption, nepotism. In this contexs, crisis of economic in Indonesia isn’t naturally attractor. But human error was effectively factor to callopsing our economic. Nearly of the day, political elite, birocrator were becoming corruptor. So, it’s abjected by more people in Indonesia. In fact, with corruption scandals, Indonesia have been on first ratify of carruptest state in south asia. We often watched when senator (DPR) investigated by corruption eradication commission (KPK); Al-Amin, Artalyta, Urip were actual corruption news, and it’s every day was delaying from some TV statio

TEOLOGI PLURALISME AHMAD WAHIB

Gambar
Oleh: Muhammad Sholihin Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis, aku bukan Buddha, bukan protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku ingin melihat orang menilai dan memandangku sebagai suatu kemutlakan ( absolute entity ) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya, termasuk serta dari aliran apa saya berangkat, (Ahmad Wahib, 1981) — Pergolakan Pemikiran Islam . Akar pluralisme di Indonesia telah ada sejak sejarah bangsa Indonesia ditegakkan. Uniknya, pluralisme di nusantara tak bersipat kaku; ia terus tumbuh dan berkembang menciptakan nilai-nilai baru yang kemudian membentuk gugusan multikulturalisme. Latar belakang terjadinya pluralisme dan multikulturalisme di Nusantara, merupakan sejarah panjang terbentuknya keindonesiaan. Gambaran ini terlihat secara detail lewat berbagai “persentuhan” budaya pada masa prasejarah. Temuan-temuan fosil dari lapisan