Postingan

Lorong Hati

Gambar
Tak pernah 'ku inginkan bahwa hati kembali bertawajah pada ingatan masa lalu Namun ia kembali memutar arah, menemukan rona ingatan dan sebuah wajah Ia jemput resah dan tawa yang tersisa Demi sebuah kisah, Tak ada sapa apalagi kata Hening Bening Hampa Ingatan yang terbelenggu Ingatan yang bangkit dari layu Ingatan yang menari dari permukaan gambar, tak berkanvas. Ada warna Ada harap dan ada cemas, Ingatan yang kembali ke lorong waktu, dan pulang ke luruh hati. Dusun Curup, 2/1/2015. Pukul 3.01

Materi Qira'ah Kutub [Semester V. Prodi Perbankan Syariah-STAIN Curup]

 Please click here: http://downloads.ziddu.com/download/24051128/Qiraa-Kutub.rar.html

Islamic Economics: an Overview

Muh. Sholihin | Independent Researcher on Islamic Economics Islam isnot economics, and economics isnot Islam. -- Muh. Sholihin -- Indeed, Islamic economics isnot new economics. Because of positivism-economics, Islam economics never had admited as a economic system. It is very different with positivism-economics. For instance, Islamic economics is as a moral economics, Islam economics has gradual epistemology, and Islamic economics is a hard critic for the other economic system. It will elaborate in the paper. As a moral economics, Islamic economics corrolates with questions—how, what, and why.  It means that islamic economics is tend to vertical relationship—among God and humankind--and also horizontal association—among humankind. Simply, the main goal of islamic economics carry out falah concept—in world or next life. There is an equipoise. It isnot only to took contentment, but consider the big goal in the next life— akhirath. If the epistemology of economics base

Socialism; An Overview

Gambar
Muh. Sholihin (Novelist| An Independent Researchers of Islamic Economics) Some people think you can change the world without taking power. No, they argue, you must not even think about trying to make use of the state. -- Michael A. Lebowitz -- COMMUNISM is the socialism ultimate goal—society without class. It is real socialism. The Indicators of real socialism are self-realization or welfare, political influence, social status (E. Roemer, 1994). Those are the true of communism. In other hand, it can be seen that the object of communism is very different with capitalism object. If communism effort to blew down the old regime—capitalism class—to build the new regime—goverment by proletariat, capitalism stay on individualism—from individu to individu. To undestand framework and contents of socialism, it is important to describe the indicator of real socialism. According to E. Roemer (1994) that self-realization is the developmen

Gemercik Api dari Dua Kutub yang Beradu

Gambar
Judul                  :      Api Paderi Penulis               :      Muhammad Sholihin Penerbit              :      Narasi Cetak                  :      Februari 2010 Tebal                  :      215 Halaman Peresensi            :       Abdullah Khusairi* DUA KUTUB . Dimana pun itu ada. Termasuk dalam agama dan budaya. Kinipun terjadi begitu, pro kontra Kongres Kebudayaan Minangkabau (KKM) adalah dua kutub yang beradu. Kutub yang sulit bertemu. Karenanya, membaca mempelajari dua kutub dan mempertemukannya kadang menjadi sia-sia jika tidak dari sudut yang pas. Buku ini, lahir dari seorang penulis muda asal Ranahminang yang mengaku baru masuk ranah sastra. Ia berhasil menjalin dua kutub tersebut dalam sebuah cerita. Penulis novel ini berani menulis novel setelah tunak di Jogja sana. Novel lahir setelah ia jauh dari objek yang dituliskannya.   Begitulah, akhirnya, setting tempo doeloe Nagari Paninjauan di pinggang gunung menjadi bagi

Bersamamu

Puisi : Muh. Sholihin Tidak sekali aku titipkan kata, bahwa engkau adalah jingga. Aku menari di bawah cakrawala kemerahan itu, sambil mendeburkan bait-bait rasa untukmu. Pun kau adalah cakrawala yang memberikan aku mata hati Telah kau sirami hatiku yang mati, layuh menjadi sesegar tumbuhan perdu ketika embun menyapu kelopaknya. Aku kembali bersemi setelah nestapa merampas keberanianku untuk memunajatkan cinta. Hatiku riuh dalam setiap peristiwa yang kau gubah bersamaku, dengan jentik-jentik tawa dan tanggis. Dalam setiap tetesan keringat bahagia dan keringat duka, kita sama-sama mentasbihkan diri, hingga detak berhenti tanpa nada, hanya dengkuran cintaku yang tersisa untukmu. Membuai malam, hingga pagi menjelang. Telah aku zikirkan cinta sepanjang malam, untukmu. Tahukah, Selarik peristiwa denganmu adalah semacam simfoni yang menghentakkan aku masuk ke dalam labirin. Aku tersesat di dalamnya dan tak mampu lagi keluar hingga aku benar-benar mati

Gigilku

GIGILKU Oleh Muh. Sholihin 1/ Gigil ini masih berlarut, setelah mendapatkan kalimat yang pecah dari rahim kemarahanmu, “Jangan hubungi aku lagi.” Pesanmu. Bertambah kuat gigil ini ketika hujan pecah di badanku, kuyup hati ini dalam galau. Tahukah dirimu, kebencianmu awalnya adalah penjagaanku terhadapmu agar jangan lagi tergelincir, cukuplah. Dirimu memaknai itu sebagai belenggu, yang meruntuhkan keluguanmu menapaki dunia yang licin, berkelok dan penuh pendakian. Bagiku dirimu adalah bayi yang masih merah, dan rapuh. Maka kalimatku yang berpalung menengelamkan hari-harimu, adalah nyanyian jiwaku yang acak dan liar. Bagiku itu merdu, bagimu sebuah ejekan. Kita memang berbeda, segalanya. Perasaan dan tujuan hidup. Satu yang tidak berbeda dan tidak akan berubah, hanya perasaanku terhadap dirimu. Meski air liurmu menumpahiku dengan serapah. Aku diam seperti Romoe, yang mati-kaku dalam genangan racun kebencian dan amarah “sang lain”. 2/ Aku menge