Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2007

NAGARI VS GLOBALISASI

NAGARI VS GLOBALISASI Oleh: Muhammad Sholihin (Jaringan demokrasi antar kampus PSIK-Paramadina) Nagari sebagai identitas struktural-formal di Minangkabau, waktu demi waktu, seiring kompleksitas perubahan zaman dihadapkan pada kaidah perubahan alamiah, hingga pada siklus hidupnya, nagari telah menjadi institusi yang kehilangan identitas asli—distorsi zaman, distorsi politik bahkan distorsi ekonomi memamah nagari dan menyeret nagari ke dalam perubahan-perubahan yang mencengangkan. Perjalanan waktu telah membuat gesture kehidupan berubah, dengan dinamika sejarah, perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dielakkan. Distorsi ekonomi, politik maupun distorsi sejarah ikut memamah kehidupan manusia. Walhasil, tidak ada yang kekal dalam struktur kehidupan manusia. Identitas budaya dalam suatu masyarakat sering kali berubah akibat berhadapan dengan struktur yang datang dari luar. Begitu juga dengan struktur formal yang ada dalam masyarakat Minang, perubahan-perubahan

KONFLIK TANAH DAN LOGIKA KEKERASAN

KONFLIK TANAH DAN LOGIKA KEKERASAN Oleh: Muhammad Sholihin ( Pembina Komunitas GIE Tarbiyah Islamiyah ) "Jalan Raya Dilebarkan Kami Terusir, Mendirikan Kampung Di Gusur, Kami Pindah-Pindah Menempel Di Tembok-Tembok Dicabut Dan Dibuang" (Wiji Thukul) Konflik Tanah dan kekerasan massa dalam sejarah bangsa Indonesia adalah Fenomena tua yang sering membayangi realitas kehidupan berbangsa. Konflik Tanah sering berawal dari sengketa kepemilikan antara Satu kelompok dengan kelompok lain, namun Konflik Tanah menjadi menarik ketika yang terlibat dalam konflik itu adalah kekuasaan dan berhadapan dengan rakyat. Konflik Tanah ini sering terjadi antara petani dengan Negara ataupun antara petani dengan pihak swasta. Pada era pemerintah Soeharto konflik tanah dominant terjadi antara pemerintah dan mempergunakan meliter sebagai kekuatan opresi terhadap petani dan tidak jarang juga pihak swasta mengunakan pendekatan kekuasaan untuk proses klaim terh

URBANISASI: MUTASI GEJALA EKONOMI KE BUDAYA

URBANISASI: MUTASI GEJALA EKONOMI KE BUDAYA Oleh: Muhammad Sholihin Lebaran telah menciptakan keajaiban temporal, lihatlah Sirkulasi uang meningkat seiring sublimasi keshalehan atau pun didorong oleh proses pendefenisian diri lewat “konsumsi” yang lebih massif. Tapi lebaran juga telah memberikan harapan bagi para pengangur, dalam hal ini para perantau telah berperan aktif dalam menciptakan ‘harapan’ itu. Walhasil, Urbanisasi bergerak lurus dengan lebaran, kini urbanisasi tidak saja menjadi fenomena ekonomi an sich , tapi telah menjadi gejala budaya. Urbanisasi sebagai terma yang menunjukan berpindahnya penduduk dari desa ke kota dan urbanisasi sebagai gejala yang sering kali muncul ketika lebaran menjelang telah menjadi sebuah ritualitas tahunan yang menerjang bangsa ini. Jika dikaji lebih seksama problema urbanisasi yang melanda kota besar di indonesia, seperti Jakarta, merupakan gejala urbanisasi yang menyimpang dari problema urbanisasi yang terjadi di negara