Obama Dan Imajinasi Baru Amerika?


Oleh: Muhammad Sholihin

Amerika adalah kawan bagi semua bangsa.. karena Amerika tidak akan mampu besar dengan kekuataan sendiri

(Pidato pelantikan Obama, 20/01/09)

Apa yang membedakan Obama dengan Bush, dan apa yang memisahkan Obama dengan F.D. Roosevelt? Dalam hal ini, tak banyak orang yang menyanggah, bahwa Obama adalah presiden yang amat berbeda dengan seniornya terdahulu, terutama Obama adalah orang Afrika-Amerika, yang pertama menjadi “penguasa” Amerika. Inilah yang membedakan Obama dengan presiden Amerika lainnya.

Obama dan Bush adalah dua sosok yang amat berbeda, Obama dan Roosevelt adalah anak zaman yang berbeda, jelas ini faktanya. Tak heran dengan perbedaan ini, sampai detik-detik pelantikan Obama hari Selasa (20/01) banyak orang masih tetap memuja Obama sebagai “the new leader” untuk Amerika Serikat baru. Ini adalah tumpukan harapan kebanyakan rakyat Amerika dan dunia kepada Obama. Betapapun, Obama adalah anak zaman yang lahir ketika dunia sedang berkecamuk, ketika Amerika Serikat terjangkit “sampar” ekonomi, Barack Obama lah harapan dunia, dan lokomotif bagi kebangkitan ekonomi Amerika Serikat. Namun benarkah demikian?

Setelah pidato pelantikan Obama, banyak orang terperangah, hingga melahirkan “sorai” yang riuh, namun apakah makna gemuruh “sorai” ini bagi pemuja Obama? Mungkin tak seindah apa yang kedengaran oleh Obama, mungkin saja ini mengedapkan kecewaan yang luruh sebatas “sorai”, yang terselip antara kagum dan ragu atas seorang Obama. Faktanya, apa yang diungkapkan oleh Obama hanya melahirkan “tumpukan” harapan yang dibangun dalam verbalitas politik. Disinilah, hebatnya Obama bersama konseptornya. Obama sangat mahir menciptakan bahasa verbalitas, yang menyejukan seketika, walau impulsnya tidak permanent. Obama pintar membuat dunia bertanya “kemanakah sesungguhnya Amerika berjalan? Terjawabkah tanya dunia setalah Obama berpidato saat pelantikannya? Hari selasa (20/01) adalah hari yang dinantikan oleh dunia. Sebab dunia sedang menunggu sikap Amerika terhadap “sampar” yang sedang menjangkiti dunia dan Amerika.

Secara praksis ada dua hal yang sedang ditunggu dunia dari seorang Obama. Pertama, sikap Obama terhadap dunia Islam, terutama berkaitan dengan konflik Palestina dan Israel. Kedua, respon Obama terhadap krisis nilai dalam anatomi kapitalisme ekonomi yang menahun di Amerika Serikat. Intinya, Obama masih bersikap pasif belum berani mendobrak dengan kata-kata yang membara, belum mampu berani meninggalkan “image/citra” yang lama terhujam dalam watak kekuasaan Amerika Serikat. Sekilas Amerika baru, masih sebatas “imajinasi seorang Obama”, namun akan buyar ketika menyentuh realitas. Begitukah sesungguhnya? Sepintas memang demikian yang tampak di permukaan. Lalu bagaimana dengan realitas yang tersembunyi dari seorang Obama, apa bentuk imajinasi tentang dunia baru, Amerika baru yang masih mengendap di minda seorang Obama?

Imajinasi Walfare Economic Obama

Ada yang menarik dari rangkai pidato Obama kala Ia dilantik, yaitu untaian kalimat “kebangkitan ekonomi Amerika tidak diukur dari PDB (Product Domestic Bruto), tapi dari kemampuan ekonomi untuk menciptakan kesejahteraan bagi Amerika”. Apakah ini bermakna bahwa Amerika akan meninggalkan the principle values of capitalism, yang menahun dalam anatomi ekonomi Amerika atau ini menjadi signifier bahwa Amerika Serikat dengan tangan dingin seorang Obama akan menata ekonomi Amerika berdasarkan prinsip walfare economic. Jika ini, benar maka inilah yang dimaksud dengan “the myth of black messiah” yang mengendap dalam mimpi orang-orang Africa-America atas Obama. Melalui Obama agaknya Amerika akan keluar dari lingkaran setan (satanic cycle) bahwa Amerika adalah penguasa tunggal dunia. Kenyataannya sesungguhnya, Amerika Serikat tidak sehabat itu—Amerika Serikat besar bukan karena tindakan, tapi tak lebih karena kemampuannya membangun citra hebat (genious image) bagi dunia. Faktanya, didalam jubah kehebatannya, Amerika tepat ringkih oleh ekonomi-nya sendiri. Karena itu, tak berlebihan jika banyak orang mengatakan ada yang salah dalam ekonomi Amerika Serikat.

Karena itu, berkaitan dengan “sampar” ekonomi di Amerika, Obama menciptakan desain unik, mulai dari desain struktur ekonomi, sampai dengan filosofi dasar ekonomi Amerika. Dalam hal ini, Obama sedang merencanakan untuk menjinakan “kapitalisme Amerika” dengan suplemen “walfare economic”. Memantik desain ekonomi ala Obama, terutama kaitannya dengan walfare economic (baca; ekonomi kesejahteraan) yang sedang mengelitik pikiran seorang Obama, mendorong “kita” kembali mengkaji kebijakan ekonomi yang akan dibengkeli oleh Obama.

Obama peka terhadap akar krisis ekonomi di Amerika Serikat, kemudian akar ini menjadi core issue dalam kampanye politik Obama. Kini Amerika sedang mengalami inersia ekonomi, akibat salah mengasumsikan “pasar”; hingga kesenjangan social dan ekonomi melemahkan optimisme warganya terhadap struktur ekonomi kapitalisme pasar (market capitalism) Amerika. Kini, kata Ahmad Erani Yustika, Amerika sedang menjadi “sleepy state” di bidang ekonomi. Faktanya, selama ini Amerika menyerahkan gerak perekonomian pada pasar, dalam hal ini hanya digerakkan secara liar oleh capitalism society, yang mempengaruhi ekonomi Amerika. Inilah yang menyebabkan kesenjangan ekonomi, yang kemudian membuat sektor sosial terabaikan, seperti pendidikan dan kesehatan.

Menyahuti kondisi ini, Obama sedang mendesain pendekatan unik dan berbeda dengan pendekatan sebelumnya-- untuk menjinakkan kapitalisme di Amerika Serikat, Obama menerapkan pajak progresif (progresive tax). Dalam perencanaannya praksisnya, warga yang lebih kaya (pendapatan di atas 250.000 dollar AS) akan mendapat beban pajak lebih tinggi. Inilah core penting dari “walfare economic” yang tengah didesain oleh Obama. Dalam bentuk yang lain, Obama membidani ekonomi Amerika dengan pendekatan fiskalnya. “Untuk jangka pendek, kami harus fokus pada mendorong perekonomian dan menciptakan 2,5 juta lapangan pekerjaan. Perlu ada reformasi di Washington terutama dalam hal fiskal,” papar Obama, dikutip oleh Inilah.com (25/11/08). Akan sukseskah desain ekonomi Obama ini atau hanya sebatas imajinasi bagi ekonomi Amerika?

Jika selama ini, ekonomi Amerika dikelola dengan gaya ekonom mafia berkeley, semua serba marketsentris. Kini Obama, mencoba membalikkan turbin ekonomi Amerika kepada keynessian style. Hal ini dapat dilacak dari tujuan Obama menerapkan pajak progresif. Dalam tradisi keynessian, pajak progresif akan mendorong bergeraknya “sektor rill”, dan mendorong tingkat konsumsi masyarakat—hal ini terkait jika pemerintah fokus pada sektor mikro ekonomi. Secara permanen efek pajak progresif akan mendorong pengumpalan pada permintaan total (aggregate demand). Pada skala investasi, investasi kelompok mapan akan meningkat, karena dengan pajak progresif mendorong mereka menabungkan sebagian pendapatan. Sementara kelompok masyarakat kecil, dan menengah akan berusaha memperbesar porsi konsumsi. Dari kondisi inilah, distribusi dan sirkulasi pendapatan akan bergerak cepat. Kekayaan tidak mengendap pada satu kelompok mapan saja, tapi Ia akan bergerak memasuki kantong-katong masyarakat miskin, melalui “aksesif” modal yang beredar di pasar dan berseliweran dalam poros aktivitas ekonomi masyarakat. Dalam bentuk ini, ekonomi Amerika Serikat berbentuk piramida terbalik, memangkas trickle down effect. Masyarakat mapan dengan sendirinya, akan didorong untuk memberdayakan masyarakat kecil di Amerika melalui sektor-sektor finansial, kemudian mengalir pada sektor rill. Inilah imajinasi walfare economic yang tengah mengelitik dan menjadi desain ekonomi Obama bagi Amerika. Bagaimana dengan Indonesia?.▪

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Socialism; An Overview

Gigilku

Muhammad Sholihin, Dari Kegelisahan Terbitlah “Api Paderi”