Peziarah Makna
Peziarah Makna Bual-bual Muhd. Sholihin 1/ Di depan monitor, aku terhubung denganmu lewat "spot" frekuenzi, yang berhamburan membubung ke titik pantul satelit. Ingin 'ku menubuh dengan mu, lewat pertemuan ragawi. Tapi, di sini tak tersedia. Melainkan hanya tabung kaca, dan selarik cahaya kerdap-kerdip dari "bandwith", yang memisahkan aku dan eksistensmu. Kita begitu terganjal. Dalam persentuhan ini, makna dan hakikat begitu hambar. Lagi-lagi kita bukanlah kemenubuhan. Aku hanya bisa membaca rinai zaman di wajahmu, lewat kata, yang tak lagi esensial. Hanya regulasi tanda-tanda. Pun, larik-larik mega yang berlari seperti puzle-puzle huruf, pecah-pecah. Katamu, sama saja. Lalu kemanakah kita pergi, untuk sekadar menjadi peziarah makna. Ke hutankah? Juga, tidak. Atau ke makan, Para Syekh-kah? Juga, tidak ada kemenubuhan di pusara itu. 2/ Kata, penyair berambut gimbal. Ia berladang, kutu dan kotembe. Cukup pada bingkai hidup saja. Lalu lewat, hati dan erotik...