Pagar
1/ Hidup bagimu ada pada carik-carik kertas, bernominal. Kau tuba hidup hingga mati, tak bermakna. Kakimu menjadi tapak-tapak ganas, memipih jentik-jentik menjadi kutu. Benakmu cair, menjadi tuak racun. Donggak kepalamu, menjadi peluruh langit. Tuhan kau hardik apalagi jentik dan kutu-kutu. Pagi hari dengkurmu mengusir malaikat. "Jangan datang lagi duhai malaikat! Tak perlu lagi kau bawakan semangkuk teh dan roti. Kertas-kertas ini cukup bisa membuatku gemuk. Jangankan itu, surgapun bisa ku beli jika Tuhan butuh logam ataupun emas." Ini mantra yang kau rapalkan setiap detak jantungmu. Di mataku, kau itu hanya babi gemuk, berlemak. Dan kau orang tua pikun, yang lupa akan asalmu. 2/ Sehabis subuh, sejak mentari beranak cahaya, telah kau pagari diri dengan carik-carik kertas, bernominal. Setelah itu, kau menjadi pembunuh dingin. Tak ada batang tubuh, yang bisa mengintip nyawa eksistensialitas di jendalamu. Pasti 'kan kepal tinju, hingga kepala mereka r